Selasa, 30 Maret 2010

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung, bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.. Pada tahun 1918 terjadi kejadian-kejadian luar biasa virulen influenza A (H1N1) yang mengakibatkan kematian 20 sampai 40 juta orang. Di laporkan bahwa di Asia 44 infeksi H5N1, 32 diantaranya meninggal, dan Kamboja, Cina,Indonesia, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam terjangkit H5N1 di peternakan ungags.

B.TUJUAN UMUM

1. Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit flu burung

2. Agar masyarakat mengetahui cara penyebaran penyakit flu burung

3. Agar masyarakat mengetahui gejala penyakit flu burung

4. Agar masyarakat mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit flu burung

C. TUJUAN KHUSUS

1. Agar mahasiswa memahami epidemiologi penyakit flu burung

2. Agar mahasiswa bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung

D.GAMBARAN TERJADINYA WABAH

Adanya kematian tiba-tiba (dalam waktu 1-4 jam)tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya, burung yang ditemukan mati di beberapa tempat terpisah, kasus yang melibatkan lebih dari satu rumah/kumpulan burung dan kematian melebihi 80% dalam waktu 2-3 hari . Analisis awal dari data yang telah dikumpulkan sejauh ini menunjuk kan bahwa peternak menghubungkan kematian tiba-tiba dan jengger/kepala yang membiru dengan HPAI(gunakan sebutan penyakit ini dalam bahasa setempat), dan keluarnya lendir hidung, lemas,torticolis dan diare berwarna putih dengan ND. Dua tanda klinis, badan yang membiru dan tingginya kematian (>80%)belum secara khusus dihubungkan penyakit tersebut.Pengamatan ini berkaitan dengan pola yang diperkirakan untuk sebagian besar wabah HPAI meskipun ada pengecualian kasus yang mungkin sulit untuk dicari ciricirinya,contohnya, wabah yang melibatkan strain velogen. Hasil yang dipaparkan diberikan berdasarkan data yang dikumpulkan dengan teknik matriks penilaian sederhana dimana peternak diminta untuk mengurutkan tanda-tanda klinis sesuai dengan konsistensi dan kejadiannya saat wabah melanda. Hal ini dilakukan untuk masing-masing penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN EPIDEMIOLOGI FLU BURUNG

Satu-satunya cara virus influenza A (H5N1) dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia ialah jika virus influenza A (H5N1) tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus influenza manusia. Secara umum ada tiga kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.

Kemungkinan 1

Unggas liar

Unggas domestic

Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia

manusia

Menular ke manusia yang lain

Kemungkinan 2

Unggas liar

Unggas domestic

Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia

Menular ke manusia yang lain

Kemungkinan 3

Unggas liar

Unggas domestic

Manusia terinfeksi virus influenza-burung

Menular ke manusia yang lain

Gambaran Klinis

Masa inkubasi AI (H5N1) lebih lama daripada influenza manusia umumnya. Pada tahun 1997,

sebagian kasus terjadi dalam 2–4 hari setelah terpajan. Laporan yang terbaru menunjukkan interval

yang sama tetapi sampai dengan 8 hari. Inkubasi pada anak dapat sampai 21 hari setelah terpajan. Hal

ini kemungkinan karena tidak tahu bilamana waktu terjadinya pajanan terhadap hewan yang terinfeksi

atau sumber lain di lingkungan. Masa inkubasi di unggas ialah 1 minggu.

Tanda dan gejala pada unggas

Gejala unggas yang sakit beragam, mulai dari gejala ringan sampai sangat berat. Hal ini bergantung

keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala awal berupa penurunan produksi

telur. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam,

diare,depresi dan tidak mau makan. Di beberapa kasus,unggas mati tanpa gejala. Kematian terjadi setelah 24 jam timbul gejala. Di kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2–3 hari.

Tanda dan gejala pada manusia

Sebagian besar penderita gejala AI (H5N1) pada dasarnya sama dengan influenza lainnya awal demam lebih 38° C dan gejala saluran napas bawah. Diare,muntah-muntah, nyeri perut, nyeri dada (pleuritik)dan perdarahan dari hidung dan gusi pada beberapa penderita. Sputum yang dihasilkan bervariasi kadang-kadang dengan darah, pernapasan tertekan(respiratory distress), tachipnea dan inspirasi dedas(crackle). Kegagalan pernapasan yang progresif difus, bilateral, infiltrasi dan tampilan gejala napas akut(ARDS=acute respiratoric distress syndrome).Kegagalan banyak organ disfungsi ginjal, jantung termasuk dilatasi dan supraventrikular aritmia. Komplikasi yang lain ventilator berhubungan pneumonia, perdarahan paru, pneumothoraks, pancytopenia, gejala dari Reye dan sepsis tanpa bakteremia.4 Awal penyakit yang tiba-tiba dan cepat memburuk, demam tinggi, nyeri otot, dan batuk kering sering dijumpai di infeksi AI(H5N1).9 Diagnosis banding AI (H5N1) diantaranya ialah respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, parainfluenza virus, rhinovirus, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophila. Ada beberapa perbedaan gejala AI(H5N1) dan influenza lain(crackle).

Klasifikasi Diagnosis

Departemen Kesehatan Republik Indonesia(DEPKES RI) membagi diagnosis AI (H5N1) di manusia menjadi kasus dugaan, kemungkinan(probable), dan kasus terkukuhkan (konfirmasi).Kasus dugaan AI (H5N1) ialah bila seseorang mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)disertai demam (≥ 38° C), batuk dan atau sakit tenggorokan dengan salah satu kegiatan sebelumnya.Misalnya: seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit KLB (kejadian luar biasa) AI (H5N1),bersentuhan dengan kasus terkukuhkan (konfirmasi) AI (H5N1) dalam masa penularan, bekerja di laboratorium yang memproses spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita AI (H5N1). Dalam hal itu pemeriksaan darah menunjukkan lekopeni (lekosit ≤ 3000/uL) dan atau trombositopeni (trombosit ≤ 150.000/uL), ditemukan titer antibody <1:20 terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HAI,foto dada menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang meluas (foto serial). Kriteria kasus dugaan yang lain, jika terjadi ARDS dengan satu atau lebih gejala: lekopeni atau limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia, foto dada menunjukkan pneumonia atipikal atau infiltrate kedua sisi paru yang makin luas.Kasus kemungkinan (probable) yaitu kasus suspek dengan salah satu keadaan: bukti laboratorium terbatas mengarah ke virus influenza A H5N1.Misalnya kenaikan 4 kali titer antibodi dengan uji HAI terhadap sepasang serum yang diambil setelah 10–14 hari saat pengambilan yang pertama, terkenalinya antigen atau bahan genetika virus atau adanya titer antibodi spesifik yang sangat tinggi dalam serum tunggal dengan uji penetralan di laboratorium rujukan. Dalam waktu singkat keadaan tersebut berlanjut menjadi pneumonia atau gagal pernapasan,bahkan meninggal dengan pembuktian tidak ada penyebab lain.

Sampai saat ini pandemik AI masih terjadi baik dinegara berkembang maupun maju, kemungkinan transmisi dari perpindahan burung dari Negara endemis ke nonendemis.Meskipun penyakit AI menyerang unggas, atau binatang ternak lain tapi dapat menular ke manusia selain itu antar manusia belum dapat dibuktikan.Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan pemeriksaan lekosit, trombosit yang dilakukan pada kasus dicurigai.Pemeriksaan yang klinis mencurigakan AI dapat dilakukan secara bersamaan yaitu mengambil darah untuk serologi, usap tenggorok, nasofaring, danorofaring untuk pemeriksaan RT-PCR maupun untuk uji emas kultur virus sebagai konfirmasi.Kelemahan pemeriksaan laboratorium belum semua laboratorium rujukan dapat melakukan pemeriksaan RT-PCR.Cara penanganan sampel harus dilakukan secara cermat agar tidak timbul hasil negatif atau positif palsu. Pemantauan di daerah endemik perlu dilakukan baik pada peternak maupun penduduk sekitarnya.Perlu diwaspadai gejala klinik pneumonia dengan pneumonia non AI, karena gejala hampir sama atau mirip. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan pemeriksaan RT-PCR mengingat banyak kasus AI yang sudah tersebar di sebagian daerah Indonesia atau kegunaan lain untuk diagnosis penyakit yang tidak dapat dipantau secara konvensionil.

POPULASI PENYEBARANYYA

Penyebaran Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A(H5N1) dan satu orang meninggal. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal. Pada Januari 2004, di beberapa provinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek (Bogor,Tangerang, Bekasi), Jawa Timur, Jawa Tengah,Kalimantan Barat, dan Jawa Barat dilaporkan kejadian kematian ayam yang luar biasa. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit AI di 10 provinsi diperkirakan 3.842.275 ekor dan paling tinggi di provinsi Jawa Barat sebesar 1.541.427 ekor.Awal kematian tersebut diduga akibat virus New Castle, tetapi pengukuhan terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh AI (H5N1).Pada 19 Januari 2004, WHO mengumumkan Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor ).

Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.

Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.

Dengan tambahan dua kasus korban Flu Burung lagi di Indonesia, mencapai jumlah 94 orang dengan 74 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah propinsi yang terjangkitpun akhir bulan lalu telah bertambah menjadi 10 propinsi dengan dikonfirmasinya satu kasus asal Palembang, Propinsi Sumatera Selatan, yaitu M (P, 22) yang meninggal tanggal 24 Maret 2007.Propinsi DKI Jakarta memiliki jumlah kasus Flu Burung kedua terbanyak setelah Propinsi Jawa Barat. Dalam kurun waktu 1 Januari-7 April 2007, sudah enam (6) warga Jakarta dan dua (2) warga Jawa Tengah terjangkit Flu Burung.Kasus ke lima di Jawa Tengah meninggal pada tanggal 19 Januari 2007. Di DKI Jakarta, meski Gubernur Sutiyoso telah memberlakukan larangan memelihara unggas di kawasan pemukiman pada pertengahan Januari 2007, lima (5) warga Jakarta meninggal dunia setelah masa pemberlakuan tersebut. Dari penyelidikan epidemiologis di lingkungan tempat tinggal kasus Flu Burung, terbukti bahwa unggas masih dipelihara warga yang tinggal di lingkungan pemukiman. Tampaknya walaupun peraturan daerah tersebut telah diketahui kebanyakan warga, warga masih enggan memisahkan diri dari unggas-unggasnya.Dengan 94 kasus Flu Burung, kini Indonesia memiliki jumlah kasus Flu Burung terbanyak di dunia, melebihi Vietnam yang memiliki 93 kasus Flu Burung. Flu Burung mulai menjangkiti warga Vietnam sejak tahun 2003, namun Pemerintah Vietnam telah berhasil menghentikan pertambahan jumlah kasus Flu Burung di negara sosialis tersebut sejak akhir November 2005. Membandingkan CFR, Indonesia pun duduk di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72% sementara Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus Flu Burung di Indonesia memang lebih membahayakan daripada strain virus Vietnam. Apalagi warga baru pergi berobat setelah lebih dari 2 hari merasa demam dan menampakkan gejala flu. Padahal obat Tamiflu hanya efektif jika diberikan dalam jangka waktu kurang dari 2 x 24 jam (dua hari) setelah gejala sakit muncul. Pada tanggal 29 April 2009, WHO menyatakan bahwa dunia sudah memasuki fase 5 pandemi yaitu terjadi penularan antar manusia untuk virus influenza baru yaitu Swine Flu H1N1 (Flu Meksiko). Negara-negara yang sudah terinfeksi sampai tanggal 30 April 2009 adalah Meksiko, Amerika Serikat ( California, Texas, New York, Ohio, Kansas,Massachusetts, Michigan, Nevada , Indiana, Arizona), Israel, Selandia Baru, Spanyol, United Kingdom, Austria dan Jerman. Jumlah kasus yang konfirmasi yang dilaporkan ke WHO adalah 148 kasus dengan 8 kematian.Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan kesiapan yang tinggi dari semua negara di dunia termasuk Indonesia dalam menghadapi penyebaran virus Swine Influenza H1N1 tersebut.

UPAYA PENCEGAHAN

1. Tidak menyentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, segera bersihkan tubuh dengan sabun. Langsung laporkan kejadian tersebut pada RT/RW atau Kepala Desa,

2. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat.

3. Menggunakan air dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan masak. Masak unggas dan telur unggas hingga matang,

4. Memisahkan unggas dari manusia. Pisahkan unggas baru dari unggas lama selama 3 minggu,

5. Memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit (terutama rumah sakit rujukan pemerintah) jika mengalami gejala flu dan demam, terutama setelah berdekatan dengan ungags

6. Usahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama)

7. Mencuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk unggas.

8. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup

Pengawasan

Seseorang yang terkena flu harus istirahat dan tidur yang cukup dan banyak minum. Obat demam dan sirup obat batuk berguna untuk meringankan gejala. Apabila tidak ada infeksi karena bakteri, obat antibiotika jangan dipakai. Pasien juga perlu menjaga kebersihan diri dan sering cuci tangan untuk menghindari penyebaran virus dari tangan yang kena virus sewaktu menyentuh hidung atau mulut. Aspirin tidak boleh digunakan untuk anak-anak, karena dapat mengakibatkan sindrom Reye. Penderita yang memiliki kekebalan melawan penyakit yank rendah atau apabila terjadi tanda-tanda memburuknya kondisi badan, perlu segara meminta nasehat dokter.Flu burung H5N1 pada umumnya lebih menyengsarakan daripada flu biasa, dan seringkali memerlukan perawatan di rumah sakit. Penderita harus berkonsultasi ke dokter sesegara mungkin. Berberapa obat anti virus mungkin efektif untuk pengobatan penyakit itu. Obat-obatan harus digunakan secara hati-hati sesuai instruksi dokter, karena obat-obatan itu kemungkinan dapat mendatangkan akibat sampingan yang kurang baik. Perlindungan terbaik terhadap influenza dan flu burung adalah dengan membangun ketahanan tubuh yang baik. Hal ini bisa diperoleh melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, pengurangan ketegangan dan tidak merokok. Apabila anda memiliki gejala-gejala flu, lebih baik menghindari tempat-tempat umum yang ramai yang memiliki sirkulasi udara buruk.Kotoran-kotoran burung dan unggas hidup yang terinfeksi dapat membawa virus flu burung. Orang harus menghindari untuk menyentuh burung dan unggas serta kotorannya. Apabila anda telah memegang burung dan u ggas hidup. segara cuci tangan dengan sabun cair dan air dengan benar. Apabila anda memeliharan burung di rumah, hindari memegang burung itu dan mencuci tangan dengan benar memakai sabun cair setiap kali sehabis memegangnya atau setelah membersihkan kotorannya. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat penitipan anak harus mengambil tindakan-tindakan untuk menghindari anak-anak untuk menyantuh unggas hidup. Unggas dan telur harus dimasak dengan benar sebelum dimakan. Apabila melakukan perjalanan keluar negri, hindari memegang burung dan unggas hidup. Apabila mengalami gejala flu setelah kembali dari daerah berjangkitnya flu burung, harus segera berkonsultasi ke dokter. Beritahu dokter riwayat perjalanan anda. Pakailah masker untuk menghindari penyebaran penyakit itu.

Perhatikan selalu kebersihan diri dan lingkungan dengan baik setiap saat. Pelihara kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan memakai sabun cair, terutama sebelum makan, memegang hidung, mulut dan mata. Tutup mulut dan hidung anda dengan kertas batuk atau bersin. Buang kertas tisu kotor ke dalam tempat sampah yang memiliki tutup, lalu cuci tangan dengan benar.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

2. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.

3. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) . Membandingkan CFR, Indonesia pun duduk di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72% sementara Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus Flu Burung di Indonesia memang lebih membahayakan daripada strain virus Vietnam.

4. Gejala pada unggas: Jengger berwarna biru, Borok di kaki, dan Kematian mendadak

5. Gejala pada manusia yaitu: Demam (suhu badan diatas 38 °C), Batuk dan nyeri tenggorokan, Radang saluran pernapasan atas, Pneumonia, Infeksi mata, dan Nyeri otot

6. Untuk pencegahan, Pada Unggas dilakukan: Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat; Pada Manusia : Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja, Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung, Menggunakan alat pelindung diri. (contoh: masker dan pakaian kerja), Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja, Membersihkan kotoran unggas setiap hari, Imunisasi, Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup, dan Mengolah unggas dengan cara yang benar.

B. Saran

Perlu adanya penyuluhan/promosi kesehatan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, M., Salim, H., Alim, H., Avian influenza (flu burung).2005:Jakarta,Cermin dunia Kedokteran.

Anorital,Epidemiologi avian influenza Denpasar, Desember 2005.Kumpulan makalah pelatihan penanganan sampel flu burung (avian influeza).

Fadhilah,Siti.pencegahan flu burung .Retrived 18 maret 2010 from:http://www.madina.on line.go.id

NHARTI .Penyakit Flu Burung.Retrived 18 maret 2010 From: http://nartifkmug.blogspot.com/2009/04/flu-burung

Community-Based Avian Influenza Control Project.flu burung.Retrived 20 maret 2010. From: http://www.dai.com/work/project_detail.

World Health Organization.Flu Burung.Retrived 20 maret 2010.From: http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/index.html

KOMNAS FBPI.Bahaya FluBurung.Retrived 20 Maret 2010.From:

http://www.komnasfbpi.go.id/utama_eng.php

Departemen Pertanian, Republik Indonesia.Flu Burung.Retrived 20 maret 2010.From:

http://www.deptan.go.id

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.Kasus Flu Burung.Retrived 20 Maret 2010.From:

http://www.depkes.go.id/en/index_en.htm

1 komentar: